Pengukuran Ranah Kognitif

Penilaian otentik perlu dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi yang telah dipelajari siswa melalui kegiatan pembelajaran. Di tinjau dari dimensi kompetensi yang ingin dicapai, ranah yang perlu dinilai meliputi ranah kognitif, psikomotor dan afektif.(Diknas, 1995:25).

Dalam membuat instrumen penilaian perlu dipertimbangkan ranah atau domain pembelajaran, apakah untuk meningkatkan kemampuan mental, otak, akal (kemampuan berfikir/intellectus); atauuntuk meningkatkan kemampuan bersikap (values), berperilaku, berakhlak, atau untuk meningkatkan kemampuan kinerja atau skill.

Benyamin S. Bloom, dkk. mengembangkan suatu metode pengklasifikasian tujuan pendidikan yang disebut dengan taksonomi (taxonomy). Mereka berpendapat bahwa taksonomi tujuan pembelajaran harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain atau ranah, yaitu ranah proses berfikir (kognitif); ranah nilai atau sikap (afektif); dan ranah keterampilan (psikomotor).

Pengukuran Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Bloom mengelompokkan ranah kognitif ke dalam enam kategori dari yang sederhana sampai kepada yang paling kompleks dan diasumsikan bersifat hirarkis, yang berarti tujuan pada level yang tinggi dapat dicapai apabila tujuan pada level yang rendah telah dikuasai (Sudijono, 1996: 49 – 50). Tingkat kompetensi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1. Kawasan Kognitif Menurut Bloom, dkk.

Tingkatan pengetahuan ialah kemampuan mengingat kembali, misalnya, pengetahuan mengenai istilah-istilah, pengetahuan mengenai klasifikasi dan sejenisnya. Jadi, tingkatan pengetahuan mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Singkatnya dapat dikatakan bahwa pengetahuan yang disimpan dalam ingatan itu, dapat digali kembali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan (recall) atau mengingatkan kembali (recognition). Kata-kata operasional yang biasa digunakan ialah: mengenal, mendiskripsikan, menamakan, memasangkan, membuat daftar, memilih dan yang sejenis.
contoh: Siswa dapat mendeskripsikan kandungan surat an-Nahl ayat 7.

Tingkatan pemahaman yaitu kemampuan menggunakan informasi dalam situasi yang tepat, mencakup kemampuan untuk membandingkan, menunjukkan persamaan dan perbedaan, mengidentifikasi karakteristik, menganalisis dan menyimpulkan. Kata-kata operasional yang biasa digunakan ialah: mengklasifikasi, menjelaskan, mengikhtisarkan, membedakan dan yang sejenis.
contoh: Siswa mampu menjelaskan kelebihan dan kelemahan metode ceramah dalam proses pembelajaran.

Tingkatan penerapan mencakup kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi atau konteks yang lain, yaitu mampu mengaplikasikan atas pengetahuan dan pemahaman yang telah dimiliki sebagai hasil dari proses pembelajaran. Kata-kata operasional yang biasa digunakan ialah: mendemonstrasikan, menghitung, menyelesaikan, menyesuaikan, mengoperasikan, menghubungkan, menyusun dan yang sejenis.
Contoh: Siswa dapat mengoperasikan software program excel 2000, untuk menghitungi tendensi sentral atas data yang terdapat pada tabel III, tanpa kesalahan.

Tingkatan analisis yaitu mengenal kembali unsur-unsur, hubungan-hubungan dan susunan informasi atau masalah, misalnya: menganalisis hubungan-hubungan meliputi kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan atau membedakan komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesis atau kesimpulan dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya konstraksi. Kata-kata operasional yang biasa digunakan ialah: menemukan perbedaan, memisahkan, membuat diagram, membuat estimasi, menjabarkan ke dalam bagian-bagian, menyusun urutan dan yang sejenis.
Contoh: Siswa dapat membuat perbedaan suatu hasil/istimbath terhadap ayat.....dengan menggunakan tafsir tahlili dan tafsir maudhu‘i.

Tingkatan sintesis yaitu mengkombinasikan kembali bagian-bagian dari pengalaman yang lalu dengan bahan yang baru menjadi suatu keseluruhan yang baru dan terpadu, misalnya membuat suatu rencana atau menyusun usulan kegiatan dengan suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain sehingga tercipta suatu bentuk baru. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam membuat rencana seperti penyusunan satuan pelajaran atau proposal penelitian. Kata-kata operasional yang biasa digunakan ialah: menggabungkan, menciptakan, merumuskan, merancang, membuat komposisi, dan yang sejenis.
Contoh: Setelah membaca penjelasan Quraish Shihab dan penjelasan Jusuf Syu’ib tentang Adam as sebagai manusia pertama, siswa dapat merumuskan tentang posisi dan peranan manusia sebagai khalifah di bumi.

Tingkatan evaluasi yaitu menggunakan kriteria untuk mengukur nilai suatu gagasan, karya dan sebagainya, misalnya menimbangnimbang dan memutuskan mencakup kemampuan untuk membuat penelitian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk, atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu. Kata-kata operasional yang biasa digunakan ialah: menimbang, mengkritik, membandingkan, memberi alasan, menyim-pulkan, memberi dukungan, dan yang sejenis.
Contoh: Setelah membaca karya al-Manfaluthi dan karya Hamka dalam novelnya ‘Tenggelamnya Kapal Vanderwijk’, siswa dapat mengemukakan sekurang-kurangnya 3 alasan bahwa novel Hamka itu bukan plagiat.

Berkenaan dengan pengukuran terhadap ranah kognitif ini banyak dijumpai, dan hampir sebagian besar contoh-contoh yang dikemukakan dalam buku ini adalah berkenaan dengan hal itu. Berbeda halnya dengan ranah afektif seperti yang akan dibahas berikut ini, yang bentuk pertanyaannya berbeda dengan ranah kognitif.

Untuk mengukur kognitif dapat dilakukan dengan tes, yaitu: tes lisan di kelas, pilihan berganda, uraian obyektif, uraian non obyektif, jawaban singkat, menjodohkan, unjuk karya dan portofolio (Mardapi, 2004:35-40).

Sumber Buku: Asrul, dkk. Evaluasi Pembelajaran. 2015. Bandung: Citapustaka Media.

No comments for "Pengukuran Ranah Kognitif"