Cara Menentukan Non-Probability Sampling dalam Penelitian

Cara pengambilan sampel pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu probablility sampling dan nonprobabbility sampling. Sebelumnya telah dibahas tentang cara menentukan probability sampling dalam penelitian. Pada kesempatan ini membahas sedikit tentang cara menentukan nonprobability sampling dalam penelitian. Nonprobability sampling merupakan pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2015: 122). Cara ini terbagi menjadi 6, yaitu: 

1. Sampling Sistematis
Sampling Sistematis merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.  Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang “keberapa”. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang.

Cara Menentukan Non-Probability Sampling dalam Penelitian

2. Sampling kuota
Samling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.

Misalnya, di sebuah kelas terdapat siswa 40 orang siswa dengan laki-laki 60%, yaitu 24 orang dan perempuan 40%, yaitu 16 orang. Jika seorang peneliti ingin memberikan tes kepada 30 orang siswa dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel siswa laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan siswa perempuan 12 orang. Teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan saja atau sesuai keinginan peneliti. 

3. Sampling insidental
Sampling insidental adalah teknik penetuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang orang yang kebetulan ditemui ini cocok sebagai sumber data. Misalnya peneliti ingin melakukan penelitian di sekolah dan peneliti bertemu dengan kepala sekolah, waka kurikulum, guru bidang studi dan siswa, maka peneliti dapat menggunakan sampel orang yang peneliti temui yang menjadi sumber data penelitian. 

4. Sampling purposive
Sampling purposive adalah penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Misalkan peneliti ingin melakukan penelitain tentang model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran, maka peneliti dapat memilih sampel dengan pertimbangan dapat memberikan informasi yang jelas dan akurat, seperti bisa siswa di kelas, guru bidang studi dan lain-lain yang dikira mengetahui hal tersebut. 

5. Sampling jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Teknik ini sering kali dipergunakan dalam pengambilan sampel penelitian eksperimen bidang pendidikan, dimana jumlah populasi penelitiannya relative sedikit, yaitu kurang dari 100 orang dan kurang dari 3 kelas. 

Hal tersebut seperti yang dikemukan oleh Arikunto (2006:56) mengatakan bahwa “apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Dan selanjutnya jika subjeknya besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih sehingga penelitiannya merupakan penelitian sampel”.

Berikut ini akan diberikan contoh pengambilan sampel dengan teknik sampling jenuh: Misalkan peneliti melakukan penelitian di kelas X, kelas X disekolah tempat penelitian hanya terdapat 2 kelas dan jumlahnya kurang dari 100, maka peneliti dapat mengambil semua populasi untuk dijadikan sampel penelitan.

6. Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui pandangan siswa terhadap pergaulan bebas. Peneliti cukup mencari satu orang siswa dan kemudian melakukan wawancara.

Setelah selesai, peneliti tadi minta kepada siswa tersebut untuk bisa mewawancarai teman lainnya. Setelah jumlah siswa yang berhasil diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa mengentikan pencarian siswa lainnya. Hal ini bisa juga dilakukan pada pencandu narkotik, para gay, atau kelompok-kelompok sosial lain yang eksklusif (tertutup).

Sumber
Buku Jakni, 2016. Metodologi Penelitian Eksperimen Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung Alfabeta.

No comments for "Cara Menentukan Non-Probability Sampling dalam Penelitian"