Ranah/Domain Apektif dalam Evaluasi Pembelajaran

Apa itu Ranah/Domain Apektif ? Ranah/domain afektif adalah ranah yang berhubungan atau berkaitan dengan sikap. Ranah afektif juga merupakan tujuan yang berhubungan dengan perasaan, emosi, dan sikap hati yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif terdiri dari yang paling sederhana, yaitu memperhatikan suatu fenomena sampai kepada yang komplek yang merupakan faktor internal seseorang, seperti kepribadian dan hati nurani. Dalam literatur tujuan afektif disebut sebagai minat, sikap hati, sikap menghargai, sistem nilai serta kecendrungan emosi.

Dalam ilmu bidang psikologi, istilah sikap berhubungan dengan persepsi dan tingkah laku. Dalam bahasa Inggris istilah sikap disebut attitude. Attitude diartikan sebagai suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Suatu kecenderungan untuk bereaksi terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Menurut Ellis (dalam Asrul, dkk. 2015: 102) mengatakan bahwa, “Sikap melibatkan beberapa pengetahuan tentang situasi, namun aspek yang paling esensial dalam sikap adalah adanya perasaan atau emosi, kecenderungan terhadap perbuatan yang berhubungan dengan pengetahuan”. 

Dari pendapat Ellis tersebut, sikap melibatkan pengetahuan tentang situasi. Situasi di sini dapat digambarkan sebagai suatu obyek yang pada akhirnya akan mempengaruhi emosi, kemudian memungkinkan munculnya reaksi atau kecenderungan untuk berbuat. Dalam beberapa hal sikap adalah penentuan yang paling penting dalam tingkah laku manusia. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif senang dan tidak senang untuk melaksanakan atau menjauhinya. Perasaan senang meliputi sejumlah perasaan yang lebih spesifik seperti rasa puas, sayang, dll, perasaan tidak senang meliputi sejumlah rasa yang spesifik pula yaitu rasa takut, gelisah, cemburu, marah, dendam, dll. (Asrul, dkk. 2015: 102).

Ranah afektif merupakan objek yang sangat dominan diperhatikan, bahkan ranah afektif sering dijadikan sebagai objek penelitian dan pembahasan dalam bidang psikolgi pendidikan, yaitu masalah fenomena sikap, tingkah laku, perasaan, motivasi, yang berkaitan dengan dunia pendidikan.

Krathwohl membagi ranah afektif atas lima kategori/tingkatan yaitu; Pengenalan (receiving), pemberian respon (responding), penghargaan terhadap nilai (valuing), pengorganisasian (organization) dan pengamalan (characterization).
Menurut A.J. Nitko Jenjang Afektif sama dengan pendapat Kratwohl hanya saja uraiannya lebih terperinci pada masing-masing tingkatan. Pembagian ini bersifat hierarkhis, pengenalan tingkat yang paling rendah dan pengamalan sebagai tingkat yang paling tinggi seseorang memiliki kompetensi pengamalan jika sudah memiliki kompetensi pengenalan, pemberian respon, penghargaan terhadap nilai pengorganisasian. (Asrul, dkk. 2015: 104).

Pengenalan/penerimaan mencakup kemampuan untuk mengenal, bersedia menerima dan memperhatikan berbagai stimulasi. Dalam hal ini peserta didik bersikap pasif, sekedar mendengarkan atau memperhatikan saja. Contoh kata kerja operasional pada tingkat ini adalah: mendengarkan, menghadiri, melihat dan memperhatikan. 

Pemberian respon mencakup kemampuan untuk berbuat sesuatu sebagai reaksi terhadap suatu gagasan, benda atau sistem nilai, lebih dari sekedar pengenalan. Dalam hal ini mahasiswa diharapkan untuk menunjukkan prilaku yang diminta, misalnya berpartisipasi, patuh atau memberikan tanggapan secara sukarela, misalnya berpartisipasi, patuh atau memberikan tanggapan secara sukarela bila diminta. Contoh hasil belajar dalam tingkat ini berpartisipasi dalam kebersihan kelas, berlatih membaca al-Qur’an, dll. Kata kerja operasionalnya meliputi: mengikuti, mendiskusikan, berlatih, berpartisipasi, dan mematuhi.

Penghargaan terhadap nilai merupakan perasaan, keyakinan atau anggapan bahwa suatu gagasan, benda atau cara berfikiir tertentu mempunyai nilai. Dalam hal ini mahasiswa secara konsisten berprilaku sesuai dengan suatu nilai meskipun tidak ada pihak lain yang meminta atau mengharuskan. Nilai ini dapat saja dipelajari dari orang lain misalnya dosen, teman atau keluarga. Dalam proses belajar mengajar, peserta didik tidak hanya menerima nilai yang ajarkan tetapi telah tidak mampu untuk memilih baik atau buruk jenjang ini mulai dari hanya sekedar penerimaan sampai ketingkat komitmen yang lebih tinggi (menerima tanggung jawab untuk fungsi kelompok yang lebih efektif. Kata kerja operasionalnya adalah: memilih, meyakinkan, bertindak dan mengemukakan argumentasi.

Pengorganisasian menunjukkan saling berhubungan antara nilai-nilai tertentu dalam suatu sistem nilai, serta menentukan nilai mana yang mempunyai prioritas lebih tinggi daripada nilai yang lain. Dalam hal ini mahasiswa menjadi commited terhadap suatu sistem nilai. Dia diharapkan untuk mengorganisasikan berbagai nilai yang dipilihnya ke dalam suatu sistem nilai dan menentukan hubungan diantara nilainilai tersebut. Kata kerja operasional pada tingkat pengorganisasian adalah: memilih, memutuskan, memformulasikan, membandingkan dan membuat sistematisasi.

Pengamalan (characterization) berhubungan dengan pengorganisasian dan pengintegrasian nilai-nilai kedalam suatu sistem nilai pribadi. Hal ini diperlihatkan melalui prilaku yang konsistem dengan sistem nilai tersebut. Ini adalah merupakan tingkatan afektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik philosophy of life yang mapan.

Contoh hasil belajar pada tingkat ini adalah: siswa memiliki kebulatan sikap untuk menjadikan surat Al-Ashr sebagai pegangan hidup dalam disiplin waktu baik di sekolah, di rumah maupun di tengah masyarakat. Kata kerja operasional pada tingkat ini adalah: menunjukkan sikap, menolak, mendemonstrasikan dan menghindari

Afektif yang harus dikembangkan oleh guru dalam proses belajar tentunya sangat tergantung kepada mata pelajaran dan jenjang kelas, namun yang pasti setiap mata pelajaran memiliki indikator afektif dalam kurikulum hasil belajar.

Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah Afektif karena tidak dapat dilakukan setiap selesai menyajikan materi pelajaran. Pengubahan sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif lama, demikian juga pengembangan minat dan penghargaan serta nilai-nilai.

Pengukuran afektif berguna untuk mengetahui sikap dan minat siswa ataupun untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi afektif pada setiap tingkat (level). Pada mata pelajaran tertentu, misalnya seorang siswa mendapatkan nilai tertinggi pada mata pelajaran tertentu belum tentu menyenangi mata pelajaran tersebut.

Ada beberapa bentuk skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap (afektif) yaitu: (1) Skala likert, (2) Skala pilihan ganda, (3) Skala thurstone, (4) Skala guttman, (5) Skala differential, dan (6) Pengukuran minat.

Ranah afektif merupakan tujuan yang berhubungan dengan perasaan, emosi, dan sikap hati (attitude) yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif terdiri dari yang paling sederhana, yaitu memperhatikan suatu fenomena sampai kepada yang komplek yang merupakan faktor internal seseorang, seperti kepribadian dan hati nurani. Dalam literatur tujuan afektif disebut sebagai minat, sikap hati, sikap menghargai, sistem nilai serta kecendrungan emosi.

Sumber: Asrul, dkk. Evaluasi Pembelajaran. 2015. Bandung: Citapustaka Media.

No comments for "Ranah/Domain Apektif dalam Evaluasi Pembelajaran"