Pengantar Model Pembelajaran Concept Sentence dan Keterampilan Menulis dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia


model pembelajaran concept sentence, pengantar model concept sentence, karakteristik model concept sentence
Bahasa adalah kemampuan yang dimiliki setiap manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainya. Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan gagasan atau pendapatnya sehingga terjadi komunikasi antara satu dengan yang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam dunia pendidikan, bahasa Indonesia ditujukan agar siswa lebih menghargai bahasa Indonesia, serta mempunyai kemampuan yang baik dan benar sesuai dengan etika dan kesopanan. Bahasa yang baik berarti berbahasa sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, sedangkan berbahasa yang benar berarti berbahasa sesuai dengan kaidah bahasa. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pembelajaran siswa memperoleh pengalaman menggunakan bahasa Indonesia secara memadai, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan belajar bahasa Indonesia di sekolah dasar dan sekolah menengah bahkan diperguruan tinggi diharapkan dapat menghargai dan bangga terhadap bahasa pemersatu bangsa tersebut, serta dapat memahami bahasa Indonesia dan juga mampu menggunakannya secara tepat.

Dalam kegiatan berbahasa ada empat keterampilan berbahasa yang kita ketahui yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Sesuai dengan pendapat Dalman (2015: 2) menyatakan bahwa empat aspek keterampilan pokok berbahasa yang harus dimiliki setiap siswa yaitu “Keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, serta keterampilan menulis”. Tarigan (2008: 4) menjelaskan “Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa yaitu keterampilan menulis”. Menulis merupakan salah satu kegiatan yang digunakan dalam menyampaikan ide, gagasan, dan pikiran kepada orang lain melalui bahasa tulisan. Hal ini sejalan dengan pendapat Susanto (2013: 248) bahwa “Menulis merupakan kegiatan menuangkan ide atau gagasan yang ada di pikiran kita, menuangkan isi hati kita melalui bahasa tulisan sehingga dapat dibaca dan dipahami orang lain”. Dalman (2015: 3) juga mendefinisikan “Menulis merupakan kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain menggunakan bahasa tulis”. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa menulis merupakan komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran dan perasaan dengan memanfaatkan alat atau media.

Proses pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada kurikulum sebelumnya berfokus pada pembelajaran paragraf, namun pada kurikum 2013 ini pembelajaran bahasa Indonesia lebih ditekankan pada pembelajaran berbasis teks. Teks adalah satuan bahasa yang mengandung makna, pikiran, dan gagasan lengkap. Teks dapat berupa teks tulis dan teks lisan bahkan dapat berupa keduanya. Teks itu sendiri memiliki dua unsur utama yang harus dimiliki. Pertama adalah konteks situasi penggunaan bahasa yang di dalamnya ada register yang melatarbelakangi lahirnya teks, yaitu adanya sesuatu (pesan, pikiran, gagasan, ide) yang hendak disampaikan (field). Sasaran atau kepada siapa pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu disampaikan (tenor), dalam format bahasa yang bagaimana pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu dikemas (mode).

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di beberapa sekolah, terdapat permasalahan-permasalahan umum yang sering terjadi di dalam pembelajaran bahasa Indonesia diantaranya sebagai berikut: 
Pertama, siswa cenderung pasif saat pembelajaran menulis karena pembelajaran masih berpusat pada guru. Kedua, siswa kurang tertatik pada pembelajaran menulis. Sebagian besar siswa mengeluh ketika diberi tugas menulis, mereka mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat dan kurang mampu mengembangkan ide. Kesulitan tersebut menyebabkan mereka tidak mampu menyampaikan pikiran dan gagasan dengan baik sehingga siswa menjadi kurang tertarik untuk menulis. Ketiga, guru mengalami kesulitan untuk membangkitkan ketertarikan siswa dalam pembelajaran menulis. Guru terkadang mengeluh bahwa konsentrasi sebagian besar siswa pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung tidak terfokus pada pelajaran. Pada umumnya, siswa deretan paling depan yang hanya memperhatikan penjelasan guru, sedangkan siswa yang duduk di deretan tengah dan belakang lebih banyak melakukan kegiatan lain selain memperhatikan materi yang disampaikan guru. Keempat, guru mengalami kesulitan untuk mengembangkan model pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan keterampilan menulis kepada siswa. Keadaan tersebut di dukung oleh data dokumen hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah yaitu di bawah nilai kriteria ketuntasan minimum 70,00. (data tidak dilampirkan)
Permasalahan rendahnya hasil belajar siswa dapat diketahui dari data yang diperoleh, bahwa siswa mengalami kesulitan menuangkan pikiran dan perasaannya khususnya pada pembelajaran menulis.  Kesulitan  yang  dihadapi  siswa  ini  ditandai dengan  beberapa  hal  seperti  siswa  kesulitan  menemukan ide, menemukan kata pertama,  mengembangkan  ide  karena  minimnya pengetahuan siswa dalam menulis, siswa juga tidak terbiasa  mengemukakan perasaan, pemikiran dan imajinasinya ke dalam tulisan (teks). 

Permasalah di atas terjadi disebabkan karena kurangnya kemampuan dalam memanfaatkan model pembelajaran yang merupakan bagian dari faktor penyebab lemahnya kemampuan siswa dalam menulis. Bahkan sangat dimungkinkan pelajaran menulis menjadi hal yang dianggap membosankan bagi siswa karena kurang optimal dalam memanfaatkan model yang ada sehingga pembelajaran menjadi kurang menarik. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perlu diupayakan penggunaan model pembelajaran secara efektif, inovatif, dan kreatif. Model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran materi tertentu, belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lainnya, sebab setiap materi pembelajaran memiliki karakteristik tersendiri. Begitu pula  dalam pembelajaran menulis, harus dapat memilih dan menggunakan  model pembelajaran  yang sesuai dengan  materi yang akan disampaikan sehingga benar-benar kehadiran model pembelajaran yang digunakan mampu  mendukung  pencapaian  kompetensi  atau  tujuan  yang diharapkan.

Berdasarkan permasalahan di atas, diperlukan solusi yang tepat untuk melatih kemampuan menulis siswa. Solusi yang tepat dapat berupa penggunaan model, metode, strategi, teknik, atau media pembelajaran yang efektif sesuai dengan standar kompetensi  yang  akan  dicapai.  Model pembelajaran concept sentence sesuai untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran menulis. Suprijono (2012: 132)  menyebutkan bahwa  “Concept  sentence  merupakan  salah satu  ragam  pembelajaran  aktif  yang  dilakukan  dengan  penyajian  beberapa  kata  kunci sesuai  materi  yang  disajikan,  kemudian  kata kunci  itu  disusun  menjadi  beberapa  kalimat dalam  kelompok  dan  didiskusikan  kembali secara pleno dipandu oleh guru”. 

Dalam penelitian model concept sentence akan di lakukan dengan memberikan kata kunci terlebih dahulu, mengelompokkan siswa secara heterogen dan meminta siswa untuk menulis teks anekdot. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam merumuskan ide berdasarkan objek yang akan dideskripsikan. Selain itu, siswa akan lebih mudah dalam mengidentifikasi objek langsung yang diamati sehingga mempermudah siswa dalam berimajinasi ataupun menimbulkan kesan hidup dalam karangannya. Kata kunci yang didapatkan dari objek langsung tersebut dikembangkan menjadi teks anekdot. Belajar dengan cara pengamatan objek langsung akan meningkatkan daya ingatan siswa karena siswa mengalami kegiatan secara langsung. Pembelajaran menulis teks anekdot dengan menggunakan teknik pengamatan objek langsung bertujuan agar siswa dapat menulis dengan cepat berdasarkan objek yang dilihat. Oleh karena itu penulis sendiri tertarik menggunakan model tersebut menjadi salah satu variabel dalam penelitian. Sesuai dengan pernyataan Sufanti (2012: 45) bahwa ada berbagai  macam  teknik  pengajaran keterampilan berbahasa, yaitu: “14 teknik  pengajaran menyimak, 23 teknik pengajaran berbicara, 13 teknik pengajaran  membaca, dan 19 teknik pengajaran menulis. Salah satu dari 19 teknik pengajaran menulis menyebutkan bahwa pengajaran menulis dapat dilakukan dengan cara mengembangkan kata kunci”. Jadi, pemilihan teknik pengajaran menulis teks anekdot menggunakan model concept sentence atau pengembangan kata kunci sudah tepat. 

Model pembelajaran concept sentence sesuai untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran menulis teks anekdot dengan menggunakan kata-kata kunci. Berdasarkan hal tersebut maka model concept sentence merupakan model yang sangat cocok digunakan untuk memperbaiki kemampuan menulis teks anekdot pada siswa di sekolah dasar maupun sekolah menengah.

Pelaksanaan penelitian sekolah didasarkan oleh beberapa alasan. Pertama, adanya masalah pembelajaran salah satunya adalah hasil belajar masih di bawah nilai KKM. Kedua, karakteristik kognitif siswa sudah berada pada tahap berfungsinya kegiatan berpikir tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi, keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah. Ketiga, guru bahasa Indonesia menginginkan adanya inovasi penerapan model pembelajaran di kelas yang berbeda dengan model pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru bidang studi.

Harapannya adalah dengan diterapkannya model pembelajaran Concept Sentence terhadap kemampuan menulis, siswa menjadi antusias untuk belajar khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Karena pada penggunaan model pembelajaran ini siswa akan mengamati beberapa kata kunci yang telah diberikan sebagai objek pengamatan langsung agar siswa dapat mengembangkan pikiran-pikirannya sesuai dengan kata kunci yang telah diberikan dan meningkatkan daya ingatan karena siswa mengalami kegiatan secara langsung

No comments for "Pengantar Model Pembelajaran Concept Sentence dan Keterampilan Menulis dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia"